mengawali tulisan saya, sejujurnya sampai dengan saat ini saya masih belum memahami mengenai Financial Technology (Fintech)
kebetulan ada acara kantor yang mengundang Asosiasi Fintech Indonesia tanggal 24-26 Januari 2017.
kesan pertama ketika saya bertemu dengan para pembicara yang notabene pengurus asosiasi tersebut adalah "amazed" dengan mereka, secara umur, mungkin meraka tidak terlalu jauh dengan saya, middle 30/40 atau mungkin ada yang kurang dari 30 tahun (mungkin).
kesan pertama ketika saya bertemu dengan para pembicara yang notabene pengurus asosiasi tersebut adalah "amazed" dengan mereka, secara umur, mungkin meraka tidak terlalu jauh dengan saya, middle 30/40 atau mungkin ada yang kurang dari 30 tahun (
Otak saya ga berhenti mikir "mereka makan apa, apa yang mereka pikirkan, sampai mereka bisa berpikir bikin macam2 startup yang (saya) bahkan tidak bisa mengerti bagaimana jalannya" dan mereka cas-cis-cus ngomong pake bahasa inggris dengan penekanan yang pas yang membuat saya tertarik dengan "topiknya"
Muda-Passionate-berguna bagi sesama (jargon (ato apaun itu) ini terpikir oleh saya untuk mereka)
saya baru realize bahwa sudah banyak sekali artikel yang membahas mengenai Fintech ini (dan bodohnya saya adalah saya ga baca dan belum mau mendalaminya, dan ternyata (damn) menarik banget)
kembali ke tema,
apaitu fintech?
saya belum menemukan kata (sendiri) yang tepat, tapi pemahaman saya ini hasil persilangan antara keuangan dan teknologi, seperti kata beberapa pengurus asosiasi fintech Indonesia, tujuannya antara lain untuk penetrasi keuangan, bagaimana menyentuh bottom of piramid, sehingga terjadi keuangan inklusif.
saya belum menemukan kata (sendiri) yang tepat, tapi pemahaman saya ini hasil persilangan antara keuangan dan teknologi, seperti kata beberapa pengurus asosiasi fintech Indonesia, tujuannya antara lain untuk penetrasi keuangan, bagaimana menyentuh bottom of piramid, sehingga terjadi keuangan inklusif.
untuk lebih mengenal lebih dalam mengenai fintech, silahkan baca untuk keanggotaan nya di https://fintech.id/
mungkin sedikit saya akan membicarakan mengenai beberapa produk yang cukup menarik bagi saya (saat itu),
pertama, platform reksa dana (kebetulan dari bareksa)
saya ga menyangkal di Indonesia, reksa dana bukan merupakan hal biasa, kalo kata pak Karaniya (maap pak saya catut namanya) kalo di luar negeri (malaysia: red) "bahkan supir taksi aja tau dan punya reksa dana".
cerita saya soal pembahasan saham/reksa dana
hari lain ada pembahasan di WAG saya soal "tabungan saham", (mungkin saya sedikit keminter (kalo bahasa jawanya) dan sebagai pribadi muda yang menggebu-gebu) saya mencoba meluruskan lah kalo saham atau reksa dana itu adalah bentuk investasi. sedikit agak perjuangan karena ternyata BEI (Bursa Efek Indonesia) ada lomba "yuk nabung saham". yang kemudian karena dasar itu, saya (merasa) agak terpojok saat ada yang bilang "kenapa ga dijelaskan secara langsung bahwa itu investasi, apa karena kita bodoh" dan saat saya jawab "karena masyarakat kita lebih familiar dengan tabungan", kemudian di jawab "apa beda bodoh dengan familiar". sejujurnya saya speechless...
mungkin nanti akan saya mencoba menulis soal tabungan vs investasi (tapi di lain kesempatan)
kembali lagi ke pembahasan
bareksa ini adalah platform untuk melakukan jual-beli reksa dana secara online, juga memberikan layanan data, informasi, dan alat investasi reksa dana, saham, obligasi, dan lainnya, untuk memudahkan masyarakat berinvestasi (untuk lebih jelasnya silahkan klik http://www.bareksa.com), simplenya sih, kata co-foundernya (pak Karaniya (lagi): Red) Bareksa ini seperti tokopedia, buka lapak (e-commerce) yang jualannya reksa dana.
yang menarik untuk saya, bareksa ini mengembangkan jasanya agar bisa investasi jual beli saham dengan nilai kecil (kemarin info sekitar sepuluh ribu Rupiah) dan kecepatan pencairannya hampir sama dengan simpanan di bank (sedang di usahakan untuk H+0 bisa cair).
luar biasa kan?
pengen nyoba? sejujurnya saya pengen!
(saya akan review bareksa setelah saya melakukan transaksi)
kedua, platform pay by QR (by DIMO)
((yang sebelumnya saya hanya lihat kejadian ini di serial korea, Indonesia punya loh WOW))
saya melihat gebrakan baru dalam pembayaran yang mengedepankan less cash society masa dimana saya ga perlu susah-susah nyari ATM ato bawa duit banyak. cukup pake smartphone yang nota bene kita (apalagi generasi milenial) udah sangat nempel. mudah digunakan.
mungkin kekurangannya adalah belum banyak merchant yang pake apalagi di daerah.
gimana cara promotenya? ayo pikirin bareng!!!
saya melihat gebrakan baru dalam pembayaran yang mengedepankan less cash society masa dimana saya ga perlu susah-susah nyari ATM ato bawa duit banyak. cukup pake smartphone yang nota bene kita (apalagi generasi milenial) udah sangat nempel. mudah digunakan.
mungkin kekurangannya adalah belum banyak merchant yang pake apalagi di daerah.
gimana cara promotenya? ayo pikirin bareng!!!
ketiga, sistem pembayaran (by kartuku)
pemikiran bagus, gimana di merchant ga perlu ada banyak EDC cukup 1 EDC untuk banyak kebutuhan. mungkin orang perbankan tau ya, kalo untuk memelihara EDC ternyata mahal (makanya bank kecil jarang punya EDC)
hampir sama dengan pay by QR mengedepankan less cash society agak enak karena tinggal bawa kartu aja kemana-mana ga perlu mikir di copet duit cash-nya.
keempat, peer to peer lending
pemikiran bagus, gimana di merchant ga perlu ada banyak EDC cukup 1 EDC untuk banyak kebutuhan. mungkin orang perbankan tau ya, kalo untuk memelihara EDC ternyata mahal (makanya bank kecil jarang punya EDC)
hampir sama dengan pay by QR mengedepankan less cash society agak enak karena tinggal bawa kartu aja kemana-mana ga perlu mikir di copet duit cash-nya.
keempat, peer to peer lending
saya meletakkan ini karena untuk pembayaran by kartuku dan pay by QR hampir sejenis, jadi ini untuk closing-nya.
bahasa mudah peer to peer lending ini adalah utang ke temen, yang jangkauannya diperluas (bukan hanya temen) lebih menjangkau orang yang membutuhkan tapi unbankable people dan yang punya kolateral tertentu.
(korateral ini penting ya temans, biar ga jadi kredit macet hehe)
bunga kalo saya dengar lumayan tinggi, tapi untuk beberapa kalangan akan bearable, karena kata perwakilan asosiasi Fintech, kebanyakan penggunanya adalah Event Organizer atau Desaigner.
oia, untuk resume acara ini (ternyata) di muat juga di laman Asosiasi fintech silahkan di buka, siapa tau ada informasi saya yang kurang pas https://fintech.id/news-and-event/news-detail?id=554 (sumber: laman asosiasi fintech Indonesia https://fintech.id/)
akhir kata, (padahal belum loh)
Fintech salah satu usaha agar masyarakat luas memiliki akses ke lembaga keuangan, bukan hanya sektor formal, sektor informal pun diharapkan dapat berkembang.
pembangunan platform banyak didasari adanya kebutuhan pribadi, pengalaman diri, atau inovasi dari permasalahan yang ada.
mungkin ini bisa menjadi pertanyaan kita bersama, bagaimana kita meng-edukasi masyarakat kita agar lebih bisa masuk ke sektor keuangan
edukasi publik menjadi penting dalam pembangunan fintech, ini kerja bersama, Pe-er bersama. pelaku fintech, stakeholder, regulator, dan Pemerintah, sehingga tujuan strategi nasional keuangan inklusif bisa tercapai.
SO intinya, jangan takut mengembangkan fintech ato platform apapun, jangan takut invest melalui fintech, dan ayo bersama kita bangun fintech.
banyak ide yang bisa kita bangun menjadi sesuatu yang akan berguna bagi sesama. jangan takut menyampaikan dan mengembangkan ide kita.
muda bukan berarti tidak berisi!
mereka para CEO fintech masih banyak yang muda dan luar biasa.
bahasa mudah peer to peer lending ini adalah utang ke temen, yang jangkauannya diperluas (bukan hanya temen) lebih menjangkau orang yang membutuhkan tapi unbankable people dan yang punya kolateral tertentu.
(korateral ini penting ya temans, biar ga jadi kredit macet hehe)
bunga kalo saya dengar lumayan tinggi, tapi untuk beberapa kalangan akan bearable, karena kata perwakilan asosiasi Fintech, kebanyakan penggunanya adalah Event Organizer atau Desaigner.
oia, untuk resume acara ini (ternyata) di muat juga di laman Asosiasi fintech silahkan di buka, siapa tau ada informasi saya yang kurang pas https://fintech.id/news-and-event/news-detail?id=554 (sumber: laman asosiasi fintech Indonesia https://fintech.id/)
akhir kata, (padahal belum loh)
Fintech salah satu usaha agar masyarakat luas memiliki akses ke lembaga keuangan, bukan hanya sektor formal, sektor informal pun diharapkan dapat berkembang.
pembangunan platform banyak didasari adanya kebutuhan pribadi, pengalaman diri, atau inovasi dari permasalahan yang ada.
mungkin ini bisa menjadi pertanyaan kita bersama, bagaimana kita meng-edukasi masyarakat kita agar lebih bisa masuk ke sektor keuangan
edukasi publik menjadi penting dalam pembangunan fintech, ini kerja bersama, Pe-er bersama. pelaku fintech, stakeholder, regulator, dan Pemerintah, sehingga tujuan strategi nasional keuangan inklusif bisa tercapai.
SO intinya, jangan takut mengembangkan fintech ato platform apapun, jangan takut invest melalui fintech, dan ayo bersama kita bangun fintech.
banyak ide yang bisa kita bangun menjadi sesuatu yang akan berguna bagi sesama. jangan takut menyampaikan dan mengembangkan ide kita.
muda bukan berarti tidak berisi!
mereka para CEO fintech masih banyak yang muda dan luar biasa.
Komentar
Posting Komentar